Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 451 personel gabungan yang terdiri atas 262 anggota TNI dari tiga matra, kemudian 189 taruna yang berasal dari Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, serta Akademi Kepolisian dapat berbangga hati karena telah menampilkan yang terbaik dalam defile militer di Hari Bastille, Prancis, yakni pada 14 Juli 2025.

Kebanggaan tersebut juga patut dirayakan oleh personel pendukung yang berjumlah sekitar 50 orang.

Terlebih pasukan yang diberi nama Satgas Patriot II yang menjadi pembuka defile militer dalam peringatan hari nasional Prancis tampil tanpa cela dan menarik perhatian publik Negeri Ayam Jantan, di Paris.

Hal tersebut sangat beralasan. Presiden RI Prabowo Subianto bangga dan memberi hormat saat pasukan tersebut berjalan di sepanjang jalan Champs-Élysées dengan latar belakang Arc de Triomphe, seperti diungkapkan dalam akun media sosial X pribadinya, @prabowo.

Presiden RI mengaku bangga terhadap kontingen Satgas Patriot II dan menyebut penampilan mereka mencerminkan kuatnya posisi Indonesia sebagai mitra strategis Prancis di kawasan Indo-Pasifik.

Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui akun media sosial X pribadinya, @emmanuelmacron, juga menyampaikan pernyataan senada.

Macron menegaskan kemitraan strategis antarkedua negara, yakni dari Jakarta hingga Paris, akan semakin hidup dan kuat.

Oleh sebab itu, penampilan Satgas Patriot II dalam Hari Bastille yang diperingati setiap tanggal 14 Juli tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan personal saja, melainkan melengkapi relasi antara Indonesia dengan Prancis yang pada 2025 ini telah menginjak usia 75 tahun.

Hubungan diplomatik yang salah satunya ditandai dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Prancis.

Kemudian dibukanya Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris pada 1950, dan Duta Besar RI untuk Prancis yang pertama, yakni Nazir Datuk Pamoentjak menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Prancis Vincent Auriol pada 5 Mei 1950 di Istana Élysée.

Sementara Dubes Prancis untuk RI yang pertama, yakni Henri Ganguie menyerahkan surat kepercayaan kepada Pemerintah Indonesia di Istana Negara pada 28 November 1950.

Diplomasi pertahanan di usia 75 tahun

Pada usia hubungan diplomatik yang telah mencapai 75 tahun, Indonesia dan Prancis menyepakati 21 kerja sama di berbagai bidang, salah satunya di bidang pertahanan.

Kesepakatan itu terjadi saat Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan ke Indonesia pada 28 Mei 2025.

Bagi Indonesia, kesepakatan tersebut menjadi penting untuk memperbarui alat utama sistem persenjataan, terutama di udara dan laut, yakni terkait pembelian alutsista strategis pesawat tempur Rafale dan kapal selam Scorpene buatan industri militer Prancis.

Sesuai dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia​​ atau UU TNI, pembelian alutsista strategis menjadi penting untuk memenuhi tugas pokok TNI.

Tugas pokok tersebut seperti menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman maupun gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dengan demikian, pembelian alutsista tersebut dapat sedikit menjawab pertanyaan awam mengenai peningkatan kapasitas prajurit kita dalam menjalankan tugas pokok tersebut seiring dengan langkah negara-negara kuat lainnya yang selalu memperbarui sistem senjata mereka.

Walaupun demikian, tentu pemerintah tetap perlu mendorong kemajuan industri pertahanan di dalam negeri.

Sementara itu, langkah diplomasi pertahanan RI dengan Prancis tersebut membuka jalan lain. Presiden Macron mengundang Indonesia untuk berpartisipasi sebagai tamu kehormatan dalam perayaan hari nasional mereka, yakni Hari Bastille, yang menandai berdirinya Republik Prancis modern dan melahirkan motto nasional liberté, égalité, fraternité yang memiliki arti kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Presiden Prabowo tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan segera memerintahkan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin untuk menyiapkan kontingen terbaik.

Langkah tersebut dapat dinilai sebagai upaya merekatkan diplomasi RI-Prancis yang telah berusia 75 tahun, dan sebagai bagian diplomasi pertahanan.

Menunjukkan Indonesia adalah yang terbaik, dan menjaring kerja sama baru atau membuka diplomasi pertahanan antara Indonesia dengan negara lain.

Apalagi hal tersebut bukan yang pertama bagi prajurit Indonesia di tahun ini. Sebelumnya, pasukan gabungan bernama Kontingen Patriot Indonesia sempat tampil dalam peringatan Hari Republik India Ke-76 pada 26 Januari 2025.

Sejumlah prajurit yang tergabung dalam Satgas Patriot II saat menghadiri pelepasan keberangkatan, di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (6/7/2025). (ANTARA/Rio Feisal)

Hari Bastille

Langkah Pemerintah RI yang bergerak cepat untuk memenuhi undangan Presiden Macron sebagai kontingen kehormatan patut diapresiasi, dan kemudian terbentuk sebuah pasukan gabungan hasil seleksi yang dinamakan Satgas Patriot II.

Bagi Menhan, kesempatan langka tersebut menunjukkan Indonesia mendapatkan tempat yang cukup terhormat di tingkat internasional, terutama di negara-negara yang sedang berusaha mengembangkan teknologi.

Oleh sebab itu, latihan yang dijalani Satgas Patriot II disebut tidak mudah. Fisik dan mental ditempa untuk menampilkan yang terbaik dalam parade dengan rute sekitar dua kilometer tersebut.

Latihan tersebut disebut sama dengan yang dijalani prajurit saat menyiapkan HUT RI setiap 17 Agustus maupun HUT TNI.

Walaupun demikian, tidak ada satu pun wajah-wajah terbebani yang terlihat dalam acara pelepasan keberangkatan Satgas Patriot II di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 6 Juli 2025.

Semua serius untuk bersiap memberikan yang terbaik demi hubungan diplomatik yang sudah terjalin antara Indonesia dengan Prancis.

Pada beberapa momen, keseriusan tersebut diselingi momen-momen mengabadikan gambar. Sebuah momen kebanggaan yang wajar perlu dikenang.

Sejumlah prajurit yang tergabung dalam Satgas Patriot II berswafoto sebelum berangkat ke Paris, Prancis, di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (6/7/2025). (ANTARA/Rio Feisal)

Tiba di Paris pada 6 Juli 2025 malam, dan 7 Juli 2025 pagi, Satgas Patriot II menuju kawasan militer Satory yang terletak di dekat Versailles, Prancis, untuk mengikuti pembekalan serta serangkaian pelatihan. Tidak ada waktu beristirahat.

Tentu diplomasi pertahanan Indonesia dengan Prancis sudah dimulai sejak kedatangan Satgas Patriot II di sana.

Bertemu dengan Dubes RI untuk Prancis Mohamad Oemar, menerima arahan dari Wakil Gubernur Militer Paris Brigadir Jenderal Antoine de Loustal dan akhirnya berlatih dengan pasukan dari negara sahabat, menjadi serangkaian upaya dalam mempererat hubungan diplomatik.

Bahkan, tari pacu jalur yang viral menjadi salah satu momen kebersamaan prajurit Indonesia dan Prancis. Perlahan, tetapi pasti, diplomasi budaya menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan.

Satu jam sebelum tampil, pemimpin defile Hari Bastille, Letkol Inf Bistok Simarmata kepada media televisi milik Pemerintah Prancis France 24 menegaskan penampilan mereka nantinya menunjukkan eratnya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Prancis yang dinilai dapat meningkatkan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

Kemudian pukul 15.00 WIB, perayaan Hari Bastille dimulai dengan pengecekan pasukan oleh Presiden Macron.

Satgas Patriot II kemudian mulai membuka defile militer setelah penampilan parade udara oleh AU Prancis.

Lagu "Maju Tak Gentar" karangan Cornel Simanjuntak kemudian bergema di jalanan Paris, dan memukau jutaan pasang mata selama sekitar lima menit.

Penampilan mereka menjadi memori yang hangat bagi relasi diplomatik RI dan Prancis pada usia hubungan ke-75 tahun. Ke depannya Indonesia tentu perlu mempererat dan meningkatkan kerja sama antarkedua negara, terutama di bidang pertahanan.

Apalagi Presiden Macron baru saja mengumumkan rencana kenaikan anggaran pertahanan Prancis sebanyak 3,5 miliar euro pada 2026, dan 3 miliar euro pada 2027.

Dengan eratnya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Prancis ke depannya diharapkan bisa membuat industri pertahanan RI dilirik dan menjadi salah satu pemasok alutsista bagi Prancis. Atau setidaknya ke depan transfer teknologi antara Indonesia dan Prancis bisa semakin tinggi.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.