Jakarta (ANTARA) – Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Safrizal Zakaria Ali mengatakan jumlah anggota relawan pemadam kebakaran (Redkar) pada 2025 meningkat signifikan yaitu 38.175 jiwa, meskipun demikian angka tersebut masih belum ideal.
“Pertama, jumlah penduduk RI sekitar 280 juta pada 2025 dan kedua, tingkat risiko kebakaran di daerah-daerah yang rawan kebakaran di kota maupun pedesaan, maka jumlah anggota Redkar yang dibutuhkan masih tinggi,” kata Safrizal di Jakarta, Selasa.
Safrizal menjelaskan sebagai patokan kasar, satu anggota Redkar idealnya melayani 2.000 – 5.000 orang dalam wilayah yang membutuhkannya.
Menurut dia, berdasarkan jumlah penduduk dan daerah rawan kebakaran, idealnya jumlah anggota Redkar yakni 50.000-100.000 jiwa tersebar di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
“Idealnya, jumlah anggota Redkar harus diperhitungkan berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran, distribusi jumlah pemadam kebakaran profesional, dan fasilitas yang ada di tiap daerah,” ujarnya.
Menurut dia, dengan peningkatan jumlah dan partisipasi maka secara potensial dapat mengefisienkan anggaran sebesar Rp4,5 triliun.
Ada beberapa faktor jumlah Redkar belum maksimal seperti fasilitas terbatas, dan rendahnya dukungan dari pemerintah daerah menjadi penyebab utama jumlah relawan masih rendah.
Untuk mengakselerasi pertumbuhan relawan, menurut dia, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pendidikan dan sosialisasi, penyediaan fasilitas yang memadai, serta pengembangan program insentif.
Dia juga mengajak masyarakat untuk menjadi anggota Redkar melalui platform registrasi keanggotaan secara daring melalui situs web damkar.layanan.go.id atau mengunduh aplikasi mobil Redkar melalui ponsel pintar masing-masing.
"Redkar mulai berdiri sejak tahun 2000-an sebagai kepedulian warga mencegah dan penanggulangan kebakaran," ujarnya.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.